Sabtu, September 20, 2008

Tips Taaruf

—ditujukan buat yang sedang berburu teman setia ^_^—
Taaruf secara harfiah diartikan sebagai perkenalan. Taaruf yang akan saya obrolkan dalam tulisan ini adalah perkenalan menuju pernikahan. Perkenalan sebagaimana perkenalan dalam pertemanan adalah sebuah pembukaan dalam berteman. Pembukaan berarti belum melakukan berteman. Bisa jadi setelah asl/pls (hahaha pembukaan chatting ala bahulak :D)Â karna gak tertarik ya gak jadi berteman. Jadi kalo selama taaruf sudah mencicipi apa yang ada dalam pernikahan berarti sudah bukan masuk kategori taaruf lagi.
Metode taaruf secara islami yang saya pahami yaitu mencari tahu kepribadian calon pasangan dengan memasang detektif-detektif untuk mengorek informasi dari orang-orang terdekatnya. Dari cerita beberapa keluarga yang sukses dengan metode ini mengaku metode tersebut lebih efektif (sori ya, tidak diteliti secara ilmiah, ceileee..) daripada mengorek langsung pada orangnya karena:1. perasaan cinta seringkali muncul terlalu awal meski sudah menyadari bahwa dia bukan orang yang tepat untuknya sehingga mekso untuk tetap memilih dia2. sulit sekali bagi orang lain untuk melalukan pengakuan dosa saat ini di depan orang lain, kecuali mengakui dosa yang lalu-lalu.
Dulu seorang teman yang ingin menggunakan metode taaruf, jadi bingung daftar pertanyaan apa yang harus saya titipkan kepada detektif saya agar pertanyaan tersebut mengena dan mewakili seluruh informasi yang seharusnya saya peroleh. Buat priotitas dulu, yaitu hal prinsip apa yang diinginkan? dan hal apa yang tidak disenangi? Contoh yang prinsip, biasanya cuman dikit misal 3 buah: agama, akhlak, pemikiran. Hal yang tidak disenangi: buruk rupa, pemboros, penggosip, perokok.Berikut contoh membuat daftar pertanyaannya (tentunya dengan mengaca pada diri sendiri dahulu):Agama: kalo ingin yang ahli ibadah “Adakah amalan sunnah yang sudah jadi kebiasaan?”, karena mereka yang mampu merawat amalan sunnah, sudah hampir dipastikan amalan wajibnya tidak terbengkalai.Akhlak: detektifku dulu yang kreatif memberi saran pertanyaan “Bagaimana perhatiannya dengan keluarganya?”. Ini pertanyaan bagus menurutku, karena dia yang sangat perhatian dengan keluarga sudah barang tentu besoknya keluarga akan jadi perhatian utama. “Apakah emosinya stabil?”. Ini juga masukan dari salah seorang adek kelas. Kalo emotional stablenya bagus dia sudah mulai masuk area kedewasaan yang matang.Pemikiran: Menyatukan visi itu sangat penting sehingga tau mau dibawa kemana keluarga ini? Atau pendidikan semacam apa yang diberikan kepada anak. Visi bisa ditanyakan langung, “apa visimu wahai calon teman setiaku?”. Untuk ngecek beliau ngegombal atau gak, cek melalui detektif lewat pertanyaan, “Bahasan apa yang sering diperbincangkan? Agama? Pendidikan? Sepak Bola?”. Kalo pengen yang sama-sama berjuang dalam berdakwah pilih yang mengutamakan bahasan agama. Tambahan, kalo pengen yang cerdas selidiki sekritis apa dia menilai sesuatu.
Buruk rupa: Kalo ini… foto tidak menjamin sama dengan kualitas fisiknya. Baiknya ketemu langsung atau kalo cari aman (dari penyakit hati), lihat dari kejauhan bagaimana sebenarnya fisiknya. Kalo anaknya berjilbab gak mungkin donk minta dibuka gitu, tanya ke temen deketnya apakah ada yang minus? misal ada yang tidak normal atau punya penyakit kulit?.Pemboros: “Bagaimana model belanjanya? Membeli tanpa pikir panjang? Sering ngutang?”Penggosip: Pancing orangnya dengan membeberkan atau menanyakan salah satu kejelekan orang . Kalo tidak berminat oohh aman.Perokok: “Berapa batang rokok yang dihabiskan setiap hari? Tipe social smoker atau sak karepe dewe smoker?”
Mulai centang dan uncentang jawaban, yang prinsip wajib terpenuhi semua, kalo gak ntar bisa stress lo. Yang tidak disenangi masih bisa ditoleransi jika ada 1 atau 2 tidak sesuai maunya kita, kita bisa bersabar untuk membentuk dia dikemudian hari. Karena eh karena mau yang 100% sesuai kemauan susah bok. Yang perlu digarisbawahi jangan berharap yang muluk-muluk jika kamu atau calon teman setiamu tidak memenuhi salah satu kriteriamu lalu berikrar: “Saya saat ini memang masih…. Tapi saya akan mencoba dari sekarang dan besok untuk tidak begini lagi”. Mungkin niatnya terlaksana untuk 1-2 bulan setelah menikah, tapi setelah itu kembali lagi ke asal :D. Karena kebiasaan baik itu dipupuk selama paling tidak 2 tahun.
Yang paling utama adalah memohon jawaban Tuhan lewat sholat istikharah berkali-kali. Sebelum ijab qabul baiknya niat ingsun, “Ya Rabb inilah orang terbaik yang Engkau pilihkan untukku. Jika kelak ada yang tidak puas aku tidak akan mengungkit-ngungkit masa taarufku dahulu.”. Mungkin ada yang ingin menambahkan bagaimana sebaiknya model pertanyaan taaruf? Atau ada yang kontra? Sumonngo di feedback.

Tidak ada komentar: